Senin, 09 Februari 2015

Salahkah Jika Aku Menjadi Manusia Individual?

Sudah beberapa kali aku ke tempat ini, tapi baru kali ini aku datang dengan perasaan aneh. Perasaan itu timbul karena semua orang melihatku sewaktu aku memasuki tempat ini. Aku tau itu wajar, tiap orang yang masuk akan di perhatikan dan biasanya aku tak peduli dengan hal itu, tapi karena aku seorang diri aku merasa not confident.

Aku yang biasanya selalu menempati kursi di lantai dua dan memesan menu yang sama. Hari ini benar-benar beda, aku seperti menghapus semua kenangan di tempat ini bersama orang-orang terdekatku pada masa itu. Andai aku menjepret semua kenangan itu, akan ku temukan wajah-wajah imut semasa SMP dulu.

Aaahh.. itu sudah beberapa tahun lalu. Dan mungkin masa SMA bersama sahabat-sahabatku juga akan tersimpan. Andai aku memikirkan hal itu sejauh ini.

Duduk memandangi kesibukan tiap-tiap orang sedang membuat organ dan jaringan tubuhnya bekerja lebih maksimal dalam mencerna makanan dan minuman yang kurang baik ini jika di konsumsi secara rutin. Mereka terlihat bahagia bercengkrama bersama orang-orang yang mereka cintai. Bukan berarti aku yang duduk sendiri tidak bahagia, aku sangat bahagia karena aku akhirnya bisa mandiri. Pergi sendiri ke tempat yang ku mau tanpa menyusahkan orang lain.

Walaupun memang lama kelamaan duduk disini membuatku kesepian. Makanan, minuman, buku bacaan, struk, baki, beberapa helai tisu, dan buku tempat aku menulis cerita ini cukup memenuhi dua meja dengan empat kursi. Ku jadikan ini daerahku, seakan-akan tak seorang pun boleh menempatinya. Walau hanya dua kursi yang kugunakan untuk menopang badan yang lelah selepas dari perpustakaan, toko buku dan toko baju, sedangkan kursi lainnya sebagai tempat istirahat tas dan cardigan abu-abu yang selalu menemaniku kemanapun.

Oh, dunia begitu indah...
Walau tak ada yang akan mendengar ceritaku saat ini tentang betapa bingungnya aku untuk menghabiskan waktu dua setengah jam agar sampai di tempat les tepat waktu. Hanya pria dibalik kasir itu yang senantiasa tersenyum kepadaku, dia melakukannya kepada semua orang yang datang ke tempat ini. Dan hanya dia yang mengajak ku berbincang, yaitu mengenai apa yang akan aku pesan untuk mengisi perut yang hanya di isi sarapan empat jam yang lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar