Rabu, 18 Februari 2015

Kampus STIKes MCB (1)

Setiap kampus memiliki peraturan yang berbeda-beda, termasuk kebiasaan para mahasiswa/i nya. Kampus ku, kampus yang tidak terlalu besar dibanding kampus tetangga, namun sangat bersih dan rapi. 
Kita mulai dari gerbang, sebelum memasuki gerbang, kamu akan melewati jalan lurus, biasanya aku acap kali membayangkan aku sedang berjalan di catwalk atau berjalan beralaskan karpet merah, seperti aktris dan aktor memasuki gedung penyelenggaraan untuk penyerahan piala Oscar, haha. Agak alay memang.
Dari sana, mata mu akan melihat gedung 3 lantai dengan tulisan 'STIKes Mercubaktijaya' di atasnya. Yang dimalam hari, tulisan itu akan semakin menarik dengan lampu-lampunya.

Setelah melewati pos satpam, jangan lupa untuk menyapa Pak Satpamnya ya, karena Pak Satpam ialah salah satu orang sangat berjasa dan yang patut dihargai di kampus. Apabila membawa kendaraan, jangan lupa parkir dulu. Jika bawa mobil, parkir sebelah kiri, sedangkan motor silahkan belok kanan. Udah ada petunjuknya kok.

Nah, tragedi di parkiran motor yang banyak uniknya, seperti :
- Kalo udah lewat jam 8.30, parkiran udah penuh. Untung aja parkirannya panjang, jadi tetep bisa parkir, tapi resikonya kita jadi markir motornya kejauhaaannn.. Makanya, jangan suka telat ya.
- Kalo parkiran udah rame dan mahasiswa/i nya pada tergesa-gesa, kadang tarok motornya bisa jadi gak karuan, asal tarok, gak mentingin gimana motor lain akan keluar masuk. Resikonya, motor akan tergores-gores karena di senggol motor lain atau malah di geser-geser. Makanya, tarok yang bener dan lurus-lurus.
- Kalo udah ujan, gak tau lagi deh mau bilang apa. Karena berhubung tempat teduhnya cuma dikit, jadi semua motor berdempet-dempetan di bawahnya. Gak tau deh nasib motor yang taroknya paling dalam, bisa-bisa tunggu kampus sepi dulu baru bisa keluar.
- Dan kalo parkiran udah gak kayak parkiran lagi, Pak Satpam lah yang turun tangan, ngatur parkiran serapi mungkin dan senyaman mungkin. Dan kalo helm mu takut basah karena ujan atau takut di maling orang, Pak Satpam siap untuk menjaga helm mu di posnya. Dan dijamin deh, helm akan aman. Terima Kasih Pak Satpam.

Sedangkan tragedi parkiran mobil sih gak banyak masalah, karena yang make mobil gak sebanyak yang make motor, hehe.

Untuk penjelasan selanjutnya, postingan menyusul ya...

Senin, 09 Februari 2015

Salahkah Jika Aku Menjadi Manusia Individual?

Sudah beberapa kali aku ke tempat ini, tapi baru kali ini aku datang dengan perasaan aneh. Perasaan itu timbul karena semua orang melihatku sewaktu aku memasuki tempat ini. Aku tau itu wajar, tiap orang yang masuk akan di perhatikan dan biasanya aku tak peduli dengan hal itu, tapi karena aku seorang diri aku merasa not confident.

Aku yang biasanya selalu menempati kursi di lantai dua dan memesan menu yang sama. Hari ini benar-benar beda, aku seperti menghapus semua kenangan di tempat ini bersama orang-orang terdekatku pada masa itu. Andai aku menjepret semua kenangan itu, akan ku temukan wajah-wajah imut semasa SMP dulu.

Aaahh.. itu sudah beberapa tahun lalu. Dan mungkin masa SMA bersama sahabat-sahabatku juga akan tersimpan. Andai aku memikirkan hal itu sejauh ini.

Duduk memandangi kesibukan tiap-tiap orang sedang membuat organ dan jaringan tubuhnya bekerja lebih maksimal dalam mencerna makanan dan minuman yang kurang baik ini jika di konsumsi secara rutin. Mereka terlihat bahagia bercengkrama bersama orang-orang yang mereka cintai. Bukan berarti aku yang duduk sendiri tidak bahagia, aku sangat bahagia karena aku akhirnya bisa mandiri. Pergi sendiri ke tempat yang ku mau tanpa menyusahkan orang lain.

Walaupun memang lama kelamaan duduk disini membuatku kesepian. Makanan, minuman, buku bacaan, struk, baki, beberapa helai tisu, dan buku tempat aku menulis cerita ini cukup memenuhi dua meja dengan empat kursi. Ku jadikan ini daerahku, seakan-akan tak seorang pun boleh menempatinya. Walau hanya dua kursi yang kugunakan untuk menopang badan yang lelah selepas dari perpustakaan, toko buku dan toko baju, sedangkan kursi lainnya sebagai tempat istirahat tas dan cardigan abu-abu yang selalu menemaniku kemanapun.

Oh, dunia begitu indah...
Walau tak ada yang akan mendengar ceritaku saat ini tentang betapa bingungnya aku untuk menghabiskan waktu dua setengah jam agar sampai di tempat les tepat waktu. Hanya pria dibalik kasir itu yang senantiasa tersenyum kepadaku, dia melakukannya kepada semua orang yang datang ke tempat ini. Dan hanya dia yang mengajak ku berbincang, yaitu mengenai apa yang akan aku pesan untuk mengisi perut yang hanya di isi sarapan empat jam yang lalu.